Makassar –
Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah menegaskan drone bawah laut atau seaglider yang ditemukan di Selayar masih diusut lebih jauh. Namun Nurdin mengatakan seaglider tersebut mirip produk China.
“Kita belum tahu, sekarang kita masih tunggu, kita tunggu kajian. Kita harus tahu dulu siapa yang menyimpan itu barang dan tujuannya apa,” kata Nurdin dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (5/1/2021).
Nurdin menegaskan seaglider tersebut kini masih diusut lebih mendalam oleh TNI AL. Tapi, dari gambar-gambar yang dimilikinya, Nurdin menyebut seaglider tersebut mirip dengan produk China.
“Jadi kita sudah ada gambar-gambar pembanding, jadi memang produk itu, seaglider itu, itu ada kemiripan dengan produk China. Tapi kita belum tahu apakah itu yang menempatkan China atau bukan, jadi kita nggak boleh dulu memberikan (kesimpulan). Misinya juga kita belum tahu, jangan-jangan misi penelitian atau apa,” tegasnya.
Lebih lanjut Nurdin menjelaskan soal penemuan awal seaglider tersebut di perairan Pulau Bonerate, Selayar, oleh seorang nelayan Saeruddin (60).
“Jadi begini, saya mau sampaikan, awalnya itu ditemukan oleh nelayan, terus diserahkan ke (TNI) Angkatan Laut. Setelah kita teliti dan bandingkan produknya, ternyata ini ada kemiripan dengan produk China,” ungkapnya.
“Pertanyaannya adalah apakah ini murni untuk penelitian atau untuk tujuan tertentu, itu juga kita belum tahu. Yang kedua, siapa yang menempatkan, kita juga belum tahu, kita belum tahu,” lanjutnya.
Nurdin meminta semua pihak sabar hingga nantinya TNI AL mampu mengungkap siapa pemilik seaglider tersebut. “Jadi kita tidak boleh menuduh dulu,” imbuhnya.
Padahal Nurdin sebelumnya menyebut seaglider tersebut merupakan alat untuk tujuan mata-mata. Dia juga menyebut telah mengirim komplain ke Kedubes China soal kepemilikan seaglider, tapi akhirnya diluruskan dengan menegaskan belum mengirim komplain apapun terkait seaglider tersebut.
“Itu mata-mata, kita sudah koordinasi dengan Danlantamal (Lantamal VI Makassar),” ujar Nurdin dalam keterangan yang diterima wartawan, Selasa (5/1).
“Jadi itu kita sudah komplain lewat nota diplomatik ke Kedutaan Besar China,” lanjutnya.
(nvl/idh)