Boyolali –
Gunung Merapi memuntahkan lava pijar pada kemarin malam hingga pagi tadi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut lava pijar tersebut merupakan awal cerita dari erupsi Gunung Merapi.
“Kita ketahui bersama bahwa Merapi sudah mulai erupsi kembali per tanggal 4 Januari 2021. Kemudian yang perlu kami sampaikan di sini bahwa ini belum akhir cerita dari erupsi Merapi, ini baru awal cerita dari erupsi Gunung Merapi,” kata Kepala Seksi (Kasi) Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Hal ini disampaikan Agus kepada wartawan usai menjadi pembicara kegiatan Rapat Evaluasi Kegiatan Posko Siaga Merapi FPRB Kecamatan Selo dan Sosialisasi Aktivitas Merapi Terkini oleh BPPTKG, di Aula SMKN 1 Selo, Boyolali, Rabu (6/1/2021).
Agus menjelaskan berdasarkan data pemantauan, aktivitas Gunung Merapi saat ini masih cukup tinggi. Dia juga menyebut ancaman bahaya dari aktivitas Gunung Merapi juga cukup tinggi.
“Berdasarkan data pemantauan dari seismik dan deformasi ini masih cukup tinggi, meskipun dalam beberapa hari terakhir ada sedikit penurunan. Namun ancaman bahaya dari aktivitas Gunung Merapi ini masih cukup tinggi dan ini kita evaluasi terus. Mudah-mudahan ya kita harapkan ini cepat berakhir dan masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa,” jelasnya.
Pihaknya meminta masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi untuk tetap bersabar dan tidak melakukan aktivitas di dalam radius ancaman bahaya erupsi. Pasalnya, dari kesimpulan semua data pemantauan, ancaman bahaya masih sama seperti waktu kita tetapkan status menjadi siaga pada November 2020 lalu, yaitu 5 km dari puncak Merapi.
Menurut Agus, aktivitas guguran lava pijar yang terjadi dan teramati mengarah ke barat daya. Sedangkan aktivitas guguran arahnya ke barat dan barat daya.
“Adapun guguran itu ada di barat dan barat daya. Sebagian besar masih di barat,” terang dia.
Luncuran lava pijar yang terjadi sejak tanggal 4 Januari 2021 berada di dasar lava 1997.
“Itu persis di barat daya kawah Gunung Merapi,” sambungnya.
Sementara itu Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kecamatan Selo, Mujiyanto, mengatakan pengungsian wilayahnya hanya ada di Desa Tlogolele. Untuk Desa Klakah dan Jrakah, pengungsi sudah kembali ke rumahnya.
“(Pengungsi) Tinggal yang di Desa Tlogolele saja, ada 193 orang,” kata Mujiyanto di lokasi yang sama.
Sedangkan Kepala Desa Klakah, Marwoto, mengatakan jika kondisi aktivitas Gunung Merapi terus meningkat dan mengkhawatirkan, maka pihaknya akan mengevakuasi warga yang bermukim di kawasan rawan bencana (KRB) III.
“Iya, kalau aktivitasnya meningkat dan membahayakan, warga kita evakuasi,” pungkasnya.
(sip/mbr)