Site icon Daerahkita

Aliran Lahar Hujan Gunung Merapi Capai 6 Km dari Puncakb

SlemanAliran lahar hujan dari material Gunung Merapi dilaporkan sudah beberapa kali terjadi di alur Sungai Krasak dan Boyong. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman menyebut hingga saat ini lahar hujan masih belum membahayakan permukiman masyarakat.

“Kemarin lahar hujan baru mengisi BOD VII di Padukuhan Turgo jaraknya sekitar 5,5 hingga 6 kilometer dari puncak. Jadi di BOD VII sudah mulai penuh tapi belum sampai BOD VI,” kata Kasi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono saat dihubungi wartawan, Kamis (18/2/2021).

Sejauh ini, material lahar hujan Gunung Merapi masih mengisi bekas galian pasir di sepanjang aliran Sungai Boyong. Ia menyebut setidaknya kedalaman galian pasir sekitar 3 meter.

Baca juga : Merapi erupsi keluarkan awan panas ke hulu kali krasak

“Di BOD VII galian pasir yang kedalamannya 1 hingga 3 meter sudah mulai terisi. Kemarin kami berusaha mencari volume material baru yang mengisi di BOD VII belum ketemu,” paparnya.

Joko memaparkan kejadian lahar hujan di aliran Sungai Boyong belum sampai mengancam permukiman warga yang berada di sisi barat dan timur sungai. Diketahui, di sisi barat sungai merupakan Padukuhan Turgo dan di sisi timur merupakan Padukuhan Kaliurang.

“Belum mengancam (permukiman), karena tebing tinggi. Sebelah timur tebing Kaliurang, barat tebingnya Turgo. Masih belum mengancam,” paparnya.

Menurutnya, jika aliran lahar hujan sudah melewati BOD VI maka beberapa daerah wajib waspada. Sebab, tebing yang berada di sisi kanan dan kiri sungai tidak terlalu tinggi.

“Nanti kalau sudah masuk di Padukuhan Kemiri baru mulai agak landai (tebing) kanan-kirinya. Jembatan gantung Kemiri di sisi barat itu tebingnya landai. Terus kalau di bawah sekitaran Padukuhan Pulowatu sebelah timur yang tebingnya rendah,” sebutnya.

Sejauh ini, material lahar hujan yang terbawa masih berupa pasir halus. Untuk alur sungai yang sempat teraliri lahar hujan meliputi Kali Krasak dan Boyong.

“Saat ini masih material halus, pasir untuk mengisi (galian), jadi belum ada material besar. Kalau 2010 material hasil erupsinya ukurannya besar-besar tapi yang sekarang baru ukuran pasir dan kerikil. Kalau aliran, untuk Kali Gendol belum ada aliran lahar Hujan. Untuk Kali Krasak masih di atas Padukuhan Tunggularum, Kapanewon Turi, dan di Boyong sampai Padukuhan Turgo,” tutupnya.

Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah mengungkapkan di lereng Merapi terdapat endapan material awan panas. Lokasinya berada di hulu Kali Boyong dan Krasak.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan volume material awan panas yang mengendap di lereng Gunung Merapi masih ratusan ribu meter kubik. Kendati demikian, ia tetap meminta pemerintah mengantisipasi dampak lahar hujan.

“Saat ini di hulu Sungai Boyong dan Krasak terdapat endapan material awan panas sebesar 262 ribu meter kubik. Masyarakat dan pemerintah daerah agar mengantisipasi bahaya lahar di sungai yang berhulu di Merapi,” kata Hanik kepada wartawan, Selasa (16/2).

Ia menjelaskan adanya endapan material awan panas berpotensi terjadi banjir lahar bila daerah puncak diguyur hujan. Namun, ia menyebut jika terjadi lahar hujan belum membahayakan masyarakat.

Pasalnya, material yang terkumpul baru mencapai 262 ribu meter kubik. Sementara kondisi sungai yang berhulu di puncak Merapi disebut masih bisa menampung material lahar hujan.

“Jadi memang kalau (material awan panas) ratusan ribu, (kondisi) hulu kali yang di Merapi masih bisa menampung lahar dan belum membahayakan penduduk,” jelasnya.

“Jangan dibayangkan seperti 2010 itu material yang terlontar lebih dari 130 juta meter kubik. Sekarang masih ratusan ribu dan potensi laharnya masih di kali, di dalam sungainya,” tegasnya.

Exit mobile version