Site icon Daerahkita

Kendang Jimbe Asal Blitar Tembus Pasar Mancanegara

Jakarta –  Mantan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) kerap kali dapat perlakuan yang kurang mengenakkan ketika kembali ke lingkungan masyarakat. Namun, di Desa Minggirsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, ODGJ yang sempat direhabilitasi diberdayakan jadi perajin jimbe.

Pemilik usaha kerajinan jimbe, Basuki (51) mengungkapkan mantan ODGJ merupakan bagian dari masyarakat yang harusnya dapat perhatian. Oleh karenanya, dia yang juga pegawai puskesmas di Kecamatan Kanigoro ini memberikan kesempatan pada mereka untuk mengasah keterampilan.

“Saya kebetulan juga PNS dan menangani program jiwa di puskesmas kanigoro, jadi ODGJ yang sudah sembuh, kita beri kesempatan bekerja di sini,” ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM.https://242cec2d78c5a4c50cb1c03117ae7f70.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-37/html/container.html

Dia menuturkan tujuan dari memfasilitasi itu agar kepercayaan diri mereka terhadap lingkungan baru di masyarakat bisa kembali pulih, sehingga mereka bisa benar-benar sembuh. Sebab, menurutnya, jika para penyintas ini dikucilkan justru mereka akan kembali balik lagi.

“Jadi ternyata dengan orang-orang sakit kaya gitu, kalau kita bisa menghargai, dan dia percaya diri lagi, karena mereka menyadari ternyata saya masih mampu kerja, akhirnya kepercayaan diri muncul dan sembuh,” jelasnya.

“Tapi kalau dikucilkan dia nggak akan sembuh, jadi banyak yang ke sini sembuh, pulang ke rumah, tapi perilaku masyarakat sekitar dan perilaku orang tua nggak seperti yang kita harapkan ya kambuh lagi. Jadi keluarga harus kasih pemahaman,” imbuhnya.

Diketahui, setidaknya ada lima orang penyintas ODGJ yang sempat menjadi perajin jimbe di usaha milik Basuki. Namun, kini kelimanya sudah kembali ke lingkungannya masing-masing dan menjalani aktivitas seperti biasa.

“Kemarin itu ada sekitar 5, itu ada orang yang balik, ada yang di rumah bekerja jadi petani,” jelasnya.

Kendang Jimbe Blitar Foto: Didik Dwi Haryadi

Sebagai informasi, kerajinan jimbe yang diproduksi oleh Basuki dan para perajinnya sudah tembus pasar ekspor. Tercatat, sejak 2018 dirinya mengekspor alat musik khas benua Afrika ini ke China. Meski sempat mandek pasca pengumuman pandemi COVID-19 di 2020, kini usahanya kembali menggeliat.

“Sekarang setiap bulan kita ekspor ke China tiga kontainer awalnya 15. Satu kontainer itu 40 bit yang kita pakai itu isinya 3.800 pcs kendang jimbe,” ungkapnya.

Basuki menilai potensi pasar kendang jimbe di luar negeri saat ini sendiri sangat besar, oleh karenanya harus terus didorong. Sebabnya, kata dia, sekolah dasar hingga menengah diwajibkan memiliki alat musik khas musik reggae ini. Sehingga China sebagai suppliernya memanfaatkan momentum ini.

“Jadi China yang ngambil ini perusahaan juga. Tapi China itu kebanyakan supplier, sebenarnya China sendiri masuknya ke Eropa juga. Jadi China ngambil (kendang jimbe) di sini, terus China ke Eropa,” jelasnya.

Sebagai catatan, Basuki merupakan salah satu nasabah Bank BRI yang dalam mengembangkan usahanya turut memanfaatkan permodalan yang diberikan BRI pada 2015. Hingga kini dia mengaku berkat permodalan tersebut usahanya kian berkembang.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di sini(akn/ega)

Exit mobile version