Probolinggo – Petani dan pedagang gabah di Kabupaten Probolinggo selama 2 minggu ini mengeluh. Saat ini harga gabah dari petani anjlok dan sulit dijual.
Hancurnya harga gabah ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah banyak daerah tengah panen raya. Rencana impor beras juga membuat harga gabah makin hancur.
“Harga gabah hancur. Laku pun murah. Karena isu pemerintah mau impor beras,” ujar Gunawi (55), salah satu petani Probolinggo kepada detikcom, Senin (22/3/2021).
Saat ini gabah dari petani hanya dihargai Rp 2.800-3.300 per kilogramnya. Idealnya harga dari petani diatas Rp 4.000 per kilogramnya.
Pedagang yang membeli beras dari petani juga kesulitan menjualnya lagi. Ternyata Bulog Probolinggo enggan membeli beras dari petani. Alasannya beras dari petani kualitasnya tidak sesuai standar Bulog. Pedagang untuk saat ini menjualnya langsung di pasar-pasar tradisional.
“Menurut Bulog, yang diambil beras yang kualitasnya bersih. Hasil selep kita dianggap kurang layak,” kata Kusnadi.
“Saat ini sedang panen raya, dari petani Rp 3.300. Kalau sudah jadi beras persaknya Rp 310.000. Kalau pemerintah impor beras itu salah besar, dan sama membunuh petani padi, karena stok melimpah beras saat ini,” kata Kusnadi, salah satu pedagang.
Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait hancurnya harga gabah dan penyerapan bulog dari petani, Kepala Bulog Sub Divre Probolinggo, Krisna Murtiyanto, hanya menjawab dirinya masih berada di luar kota. Telepon pun juga tak diangkat.
Baca juga : PPKM Mikro Diperpanjang hingga 5 April, Khofifah: Efektif Turunkan Angka COVID-19
(iwd/iwd)