Banyuwangi akan membangun Smart Green House (SGH) cabai rawit. Itu untuk mengantisipasi harga cabai melonjak pada akhir tahun 2021 dan 2022.
Sebanyak 14 SGH bakal didirikan di beberapa kecamatan di kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini. SGH bakal menjadi tempat pembibitan dan perawatan cabai, dan tanaman sayuran dalam polibag hingga berbuah. Program ini sebagai inovasi dari model urban farming P2L (Pekarangan Pangan Lestari) yang dilakukan pada akhir 2019 lalu.
“Tahun ini sudah dianggarkan untuk pembangunan green house. Pembangunan dilakukan di 14 titik,” kata Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Banyuwangi, Ilham Juanda kepada detikcom, Kamis (25/3/2021).
Program ini bakal dilakukan pada Bulan Agustus mendatang. Sehingga kelak, saat harga cabai rawit meroket, ibu-ibu rumah tangga di Banyuwangi tak terlalu terdampak.
“Salah satu exit strategy untuk antisipasi sudah dilakukan. Salah satunya dengan intensifikasi menanam cabai dalam polibag di pekarangan. Hanya saja sebarannya masih kurang, hanya di 11 kecamatan,” jelasnya.
“Perawatan dari masing-masing masyarakat juga belum optimal. Sehingga perkiraan kami masyarakat bisa memetik sendiri di pekarangan saat harga cabai tinggi, ternyata masih belum cukup,” imbuhnya.
Terlepas dari melambungnya harga cabai rawit saat ini, Ilham menjelaskan, petani sebenarnya bisa memperoleh keuntungan dari harga jual Rp 20 ribu per kilogram. Dengan syarat, semuanya berlangsung normal.
“Sebenarnya jika semuanya normal, di harga Rp 20 ribu itu petani sudah untung. Namun karena kondisi saat tidak normal, produksinya pun tidak normal. Sehingga menyebabkan harga yang melambung tinggi,” katanya.
Untuk diketahui, Kabupaten Banyuwangi ditunjuk oleh Kementerian Pertanian RI sebagai salah satu daerah penyangga komoditas cabai rawit nasional. Hal ini dimaksudkan untuk antisipasi terjadinya lonjakan harga di masa mendatang. Green house menjadi salah satu cara yang ditempuh untuk mempertahankan kualitas dan produksi cabai di Banyuwangi tetap unggul.