Gunungkidul – Masjid Al-Huda di Pedukuhan Sidorejo, Kalurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah menarik. Pendiri masjid tersebut adalah Ki Ageng Giring III, penyebar Islam yang sering disebut-sebut sebagai penjaga wahyu dinasti Mataram.
Masjid tersebut ini sudah memiliki tampilan modern. Terdapat papan nama Masjid Kagungan Dalem Keraton Yogyakarta pada bagian depannya.
Tahun berapa tepatnya masjid tersebut dibangun, tak terlacak lagi. Takmir Masjid Al-Huda, Yusuf, hanya mengatakan bahwa masjid itu dibangun sejak masa Ki Ageng Giring III, lokasinya juga berdekatan dengan makam sang tokoh.
“Peninggalan Ki Ageng Giring (III), tahun berapa belum tahu, tapi sekitar abad 14-15 itu,” kata Yusuf saat ditemui di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Giring, Pedukuhan Sidorejo, Kalurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (13/4/2021).
Terkait adanya plakat kagungan dalem (milik keraton) tersebut, Yusuf mengaku karena kompleks masjid, sendang hingga makam Ki Ageng Giring berada di tanah milik Keraton Yogyakarta. “Semuanya masuk keraton dan termasuk masjid juga,” ucapnya.
|
Ki Ageng Giring, papar Yusuf, adalah salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa bagian selatan. Dia juga melakukan penggemblengan diri kuat untuk menunggu munculnya pemimpin baru tanah Jawa yang dia yakini akan bergeser ke bagian selatan, setelah sebelumya berpusat di Pantura (Demak dan Jepara) lalu geser ke Pajang (Solo).
Dalam pengisahan legenda Jawa, Ki Ageng Giring mendapat perintah untuk menanam sabut kelapa, dan ternyata sabut yang ditanam tersebut dapat tumbuh tunas dan menjadi pohon. Buah dari pohon itu dipercaya sebagai wahyu kerajaan yang akhirnya diminum Ki Ageng Pemanahan, pendiri dinasti Mataram.
“Ki Ageng Giring itu termasuk orang yang dapat wahyu Keraton Mataram, terus juga penyebar agama Islam pada abad 14-15,” ujarnya.
Baca juga : Kemendagri Tekankan Peran DPM-PTSP Dalam Penyelenggaraan Izin Usaha di Daerah