Bantul – Kecintaannya dengan naskah, kitab, hingga Al-Qur’an kuno, membuat Indra Suroinggeno rajin mengumpulkan naskah-naskah tersebut. Dia bahkan memiliki Al-Qur’an tulisan tangan yang menggunakan tinta emas yang diduga berusia lebih dari 1 abad.
Naskah hingga Al-Qur’an kuno itu dia simpan di etalase kaca. Dari dekat, Al-Qur’an tersebut terlihat tidak bersampul, kemudian terlihat tulisan tangan dari tinta emas di beberapa bagiannya.
“Jadi di sini juga menyimpan serat-serat kuno seperti Al-Qur’an tulis tangan yang diperkirakan berusia 100 tahun lebih ya, dan masih memakai tinta emas dan tulis tangan,” ucap Indra saat ditemui di rumahnya, Pedukuhan Kanutan, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (23/4/2021).
Pengelola Museum Wayang Beber Sekartaji ini memperkirakan Al-Qur’an tersebut sudah ada sebelum tahun 1900. Mengingat kitab-kitab lainnya seperti Serat Selarasa yang dibuat tahun 1871 kondisinya masih lumayan bagus. Kemudian ada Alkitab aksara Jawa yang diperkirakan dibuat tahun 1894.
“Apalagi kondisi Al-Qur’an yang secara kasat mata terlihat lebih tua, karena itu saya perkirakan pasti ya lebih tua (dari beberapa kitab lainnya),” katanya.
Indra mengaku mendapatkan Al-Qur’an tersebut dari seseorang yang tinggal di Yogyakarta. Namun, dia tidak membeberkan detail cerita mendapatkan Al-Qur’an tersebut.
“Itu (Al-Qur’an kuno) dari Yogya. Saya sempat tanya terus (ke pemiliknya) dan dia bilang Al-Qur’an itu dari kiai sepuh. Karena tidak mau bilang, saya kan tidak bisa memaksa juga siapa kiai itu. Yang jelas dia hanya bilang ini (Al-Qur’an kuno) tolong dirawat saja,” ujarnya.
Selain Al-Qur’an kuno, Indra juga menunjukkan koleksi beberapa naskah kuno yang mengisahkan penyebaran Islam di Nusantara. Salah satunya tentang Babad Cirebon.
“Kami juga mempunyai babad Cirebon yang mengisahkan tentang perjalanan Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam. Selanjutnya ada naskah kuno tentang ajaran Syekh Ngabdul Ngalam ada juga serat Daim, banyak yang menceritakan kisah-kisah agama di Nusantara,” ucapnya.
Indra mengaku mendapatkan beberapa naskah kuno dari toko dan pasar loak. Sebab, banyak orang yang tidak tahu kertas atau buku yang dia jual merupakan naskah kuno.
“Ini saya dapatkan buku-buku kuno dan Al-Qur’an ini dari perjuangan ya, karena museum ini rintisan sendiri dan saya kumpulkan rezeki sedikit demi sedikit. Misal dari mencari dan tidak sengaja dapat di pasar-pasar klithikan,” katanya.
“Kalau yang Babad Cirebon ini kami dihibahi oleh sahabat-sahabat Kitarka Hanacaraka yang merupakan tokoh aksara Jawa, tokoh budayawan Nusantara,” imbuh Indra.
Selain itu untuk mendapatkan naskah kuno harus banyak bersinergi dengan budayawan-budayawan. Dari situlah dia mendapatkan informasi, dan paling tidak turut melindungi naskah kuno tersebut sebelum dilarikan ke luar negeri.
“Kalau paling sulit, saya kira semua butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Kalau paling sulit malah yang proses hibah karena itu harus kepercayaan dan menunjukkan benar-benar integritas kita terhadap kebudayaan,” ucapnya.