Jakarta – Program Vaksinasi Merdeka akan berakhir di HUT Kemerdekaan RI ke-76, yaitu 17 Agustus besok. Sejumlah ketua rukun warga (RW) di DKI meminta kegiatan ini dilanjutkan meski lewat dari tanggal akhir yang ditentukan.
“Saya pikir memang polisi harus turun ke bawah langsung, lebih mendekat ke warga. Kenapa, karena ada beberapa warga yang memang agak sungkan untuk berangkat ke tempat vaksin yang agak jauh. Belum lagi mereka harus modal bajaj. Mereka harus modal nunggunya, nunggu makan. Ketika tempat vaksin itu lebih dekat dengan warga, jadi itu yang lebih diharapkan,” kata Ketua RW 009 Grogol Jakarta Barat (Jakbar), Ustaz Zaenuddin Noor kepada detikcom, Sabtu (14/8/2021).
Zaenuddin juga meminta gerai Vaksinasi Merdeka ditambah. “Jadi gerai-gerai ini lebih diperbanyak, lebih dekat dengan masyarakat,” sambung dia.
Zaenuddin mengatakan di RW-nya tercatat ada 2.500 warga. Saat ini sisa 300 warga yang belum divaksin.
“Ini semua berkat kerja sama dari beberapa RT saya. Kemudian kita tiap pelaksanaan woro-woro, memberikan kesadaran kepada masyarakat. Menurut data kita tinggal sisanya , tidak begitu banyak lagi lah (yang belum divaksin). InsyaAllah 100 persen warga saya tervaksin nanti,” ungkap Zaenuddin.
“Ada beberapa belum divaksin memang. Faktornya mereka itu punya penyakit yang tidak diperbolehkan secara medis misalnya tensi, diabetes. Kemudian yang kedua penyintas. Selain pengintas juga ada juga kan yang di bawah 12 tahun,” imbuh dia.
Daftar Tak Berbelit, Pendatang Vaksin Tak Sulit
Masih di kawasan Jakarta Barat (Jakbar), Wakil Ketua RW 003 Kemanggisan, Palmerah, Pram ingin Vaksinasi Merdeka berlanjut karena prosesnya sederhana. Di wilayahnya yang terdiri dari cukup banyak warga pendatang, program gagasan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran ini dinilai membantu pengurus warga dalam mewujudkan kekebalan komunal.
“Sebelumnya kita harus daftar online pakai link online. Kalau Vaksinasi Merdeka tidak perlu daftar online. Datang tinggal bawa KTP, daftar onlinenya juga di tempat, didaftarin petugas gerai juga. Yang belum punya KTP pakai Kartu Keluarga. Kalau pendatang bisa pakai KTP, surat Domisili dari RT/RW-nya, nggak ribet,” ungkap Pram.
Pram menyampaikan RW-nya terdiri dari 16 RT dengan jumlah penduduk sekitar 3.000 jiwa yang masuk golongan penerima vaksin. Saat ini masih ada 100 hingga 150 warga yang belum divaksin.
“Mau saya, mewakili pengurus warga, tolong dilanjutkan untuk Vaksinasi Merdeka. Saya berharap banget diperpanjang. Daerah saya termasuk padat penduduk dan kumuh. Banyak pendatang juga. Dengan adanya Vaksinasi Merdeka, saya atas nama RW 003 berterima kasih sekali karena dengan sistem vaksinasi yang terbuka tanpa (daftar) online, jadi warga seperti dipermudah, langsung vaksin dan tidak jauh dari wilayah saya sendiri,” tutur Pram.
Pram dan pihak Polsek Palmerah memang menargetkan 1.075 warga divaksin dalam program ini. Hingga saat ini capaian warga yang divaksin lewat Vaksinasi Merdeka ada sekitar 900 orang. Karena 90 persen lebih warganya sudah divaksin, gerai Vaksinasi Merdeka di RW-nya bergeser ke RW 006.
“Masih saya arahkan ke sana yang mau divaksin pertama, vaksin dosis dua. Mudah-mudahan sih habis ya, semua warga divaksin,” kata Pram.
“(Kendala Vaksinasi Merdeka) banyak warga yang berharap dengan (jenis) vaksinnya yang sama. Jadi dari awal Sinovac ya terus Sinovac. Kemarin terakhir ada Astrazeneca, warga khawatir. Kalau warga takut, ya saya imbau tidak ada masalah, tidak ada gejala, paling kalau pun ada gejala sehari, dua hari. Terus Astrazeneca lebih bagus tingkat efektivitasnya,” sambung Pram.
Toa Masjid Sudah Tak Umumkan Berita Dukacita
Sementara itu di Jakarta Utara (Jakut), Ketua RW 021 Muara Angke, Nunung mengucap syukur lantaran tak terdengar lagi pengumuman dukacita dari toa masjid di lingkungannya. Sudah hampir dua pekan nihil berita warga meninggal akibat COVID-19.
“Kami mendengarkan di masjid ‘Innalillahi wainna illaihi rajiun‘ setiap hari. Saat warga kami sudah divaksin semua, alhamdulillah kami tidak pernah mendengarkan siaran langsung ‘Innalillahi wainna ilaihi rajiun‘. Sudah hampir dua mingguan tidak mendengar itu,” cerita Nunung.
Nunung menduga program vaksinasi yang lebih dekat dengan warga menumbuhkan kesadaran dan pemahaman akan bahaya COVID-19, sehingga warga lebih taat protokol kesehatan. Nunung menuturkan dalam sehari, selama program Vaksinasi Merdeka, sekitar 100 hingga hampir 200 warganya mendatangi gerai vaksin.
“Karena di wilayah ini, untuk yang mau vaksin bukannya berkurang, tetapi nambah terus. Total warga sekitar 2.500-3.000an ya. Yang sudah divaksin 2.000-an lebih. Nanti saya tanya Dasawisma wilayah saya angka riil-nya,” tutur Nunung.
Nunung mengaku sebenarnya wilayahnya memang jadi langganan kegiatan vaksinasi massal. Pasalnya warga didominasi pekerja kasar atau buruh harian, sehingga tak akan mau vaksin jika tak ada sistem jemput bola.
“Di wilayah kami sudah 7 kali diadakan vaksinasi berturut-turut. Ini kan masih 3 hari lagi, insyaAllah sebelum tanggal 17 ini sudah selesai semua. Warga kalau disuruh vaksin di puskesmas, GBK kan harus meninggalkan pekerjaan satu hari. Tapi kalau vaksinnya di wilayah, itu pasti mau, kan nggak perlu ngantri, efektif daripada warga harus ke wilayah lain,” jelas Nunung.
“Dan vaksin pun juga pasti dapat kalau di gerai RW. Tidak ada yang bilang ‘Oh, besok lagi aja ya’. Kalau di luaran sering terjadi seperti, warga cerita makanya malas,” lanjut Nunung.
Nunung berharap Vaksinasi Merdeka diteruskan. Alasannya karena sebagian warga di RW-nya baru mendapat vaksin dosis pertama.
“Jangan sampai diberhentikan karena ini masih banyak yang vaksin pertama, agar jarak ke tempat vaksin kedua tidak terlalu jauh. Kalau dilanjutkan masih bisa vaksin kedua. Supaya warga kami sehat,” kata Nunung.
(hri/fjp)