Hadir menjadi dosen tamu secara daring pada kuliah generik oleh Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memaparkan mengenai keberhasilannya mengangkat ekonomi Kota Semarang.
Menyandang gelar Doktor Ilmu Sosial Universitas Diponeogoro, sosok yang akrab disapa Hendi itu diminta hadir mengajar terkait mata kuliah dinamika grup dan kepemimpinan.
Dalam aktivitas yang berlangsung pada hari Minggu (15/05/2022) itu, Hendi mengangkat tema “Bergerak Bersama, Tumbuh Bersama”.
Secara teori, Hendi membicarakan bahwa dirinya menggeser implementasi konsep ekonomi yang semula Trickle Down Economy (ekonomi menetes ke bawah) sebagai Equal Economy (ekonomi kesetaraan).
Menurutnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan konsep Trickle Down disebutkan tidak pernah berhasil pada sana.
“Maka pola pikir pembangunan ekonomi kita wajib digeser. Harus sejalan menggunakan semangat Bapak Presiden Jokowi buat mengakibatkan ekonomi kerakyatan menjadi pilar bangsa,” tegasnya Minggu (15/05/2022).
Dirinya menjelaskan, konsep Trickle Down sendiri menciptakan ekonomi hanya dikuasai pihak – pihak eksklusif saja.
“Mengapa begitu? Lantaran secara konsep memang alur biasanya bertumpu dalam pemodal besar, buat lalu diperlukan pemodal besar itu membuka lapangan kerja sebanyak – banyaknya. Tapi faktanya, konsep itu berdasarkan aku justru melebarkan kesenjangan,” kentara Hendi.
Selain memicu kesenjangan, menurutnya konsep ini akan sangat rentan bila dihantam sebuah krisis. Hendi mencontohkan krisis ekonomi tahun 1998, yang waktu itu pemulihan ekonominya relatif usang diraih.
Oleh karenanya, berdasarkan Hendi konsepsi ekonomi kerakyatan yang bertumpu dalam kesetaraan ekonomi wajib sebagai penekanan yang paling sempurna waktu ini.
Konsep tadi dalam akhirnya membuah output pada Kota Semarang. Dampak pandemi Covid-19 menurutnya menciptakan pertumbuhan ekonomi sebagai -1,85% pada tahun 2020. Namun, pada 2021 nomor tadi sebagai 5,26 %.
“Pemulihan ekonomi yang cepat tadi lantaran ekonomi Kota Semarang kini tidak ditumpukan dalam bisnis besar saja, akan tetapi pula bisnis menengah, kecil, bahkan mikro,” jelasnya.
Keberhasilan Kota Semarang pula Hendi perlihatkan melalui statistik, yang sebagai output menurut implementasi konsep pembangunan ekonomi yang setara di Kota Semarang.
Hendi membicarakan indeks keparahan kemiskinan sebelum tahun 2010 relatif besar sampai menyentuh nomor 0,39. Pada ketika ini, nomor tadi ditekan sampai 0,12. Bahkan meski mengalami pandemi Covid-19, nomor tadi hanya naik pada nomor 0,16 (2020) & 0,14 (2021).
Selain itu, Hendi menuturkan sebelum tahun 2010, data BPS menuju pertumbuhan ekonomi pada Kota Semarang mengalami stagnansi pada nomor 5%. Tetapi pada ketika ini, nomor tadi berhasil ditingkatkan pada nomor 6�n hampir 7% pada 2019.
“Angka kemiskinan pula sama, menurut yang tadinya pada 2008 hingga 6%, lalu sanggup ditekan hingga Kota Semarang pernah mencapai 3,98% pada 2019,” pungkasnya.