Site icon Daerahkita

Dukung Kampung Nelayan Maju, KKP Latih 600 Nelayan

Forum Daerah – Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku utama kelautan dan perikanan, salah satunya nelayan, merupakan faktor penting dalam keberhasilan pembangunan kampung perikanan, seperti Kampung Nelayan Maju (Kalaju). Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) gencar meningkatkan kapasitas nelayan melalui berbagai pelatihan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membeberkan berbagai program yang diakselerasikan pada tahun 2022, salah satunya pembangunan kampung perikanan, yang terdiri dari Kalaju dan kampung perikanan budidaya. Pembangunan kampung tersebut bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dan mendorong pembangunan di berbagai daerah.

Untuk mendukung program Kalaju tersebut, BRSDM melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) menggelar pelatihan bagi masyarakat nelayan di berbagai daerah. Terbaru, Puslatluh KP melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon menggelar dua pelatihan secara daring bagi para nelayan pada minggu ketiga dan keempat Mei 2022. Kegiatan tersebut terdiri dari Pelatihan Perawatan dan Perbaikan Mesin Motor Tempel dengan peserta sebanyak 272 orang dan Pelatihan Penangkapan Ikan dengan Pancing Tonda yang diikuti sebanyak 328 orang.

Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta menyampaikan, pelatihan ini adalah salah satu upaya untuk mewujudkan program prioritas KKP, dalam hal ini Kalaju dan penangkapan ikan terukur. Ia menyebutkan, program Kalaju merupakan upaya mewujudkan ekonomi biru, dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui sektor kelautan dan perikanan. Untuk itu, masyarakat perlu didukung dengan kompetensi yang mumpuni, sehingga mendukung produktivitas nelayan, yang berujung kepada peningkatan hasil produksi yang berkelanjutan.

Sementara itu Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menekankan, pelatihan tersebut berpotensi sebagai peluang ekonomi alternatif bagi para nelayan selain melaut. Contohnya dengan memanfaatkan ilmu dari pelatihan untuk membuka bengkel perawatan mesin kapal maupun membuka usaha penjualan alat tangkap ikan.

“Selain kegiatan kelompok para nelayan untuk berbagi informasi, kelompok juga bisa membuat usaha bengkel bersama. Seperti yang diketahui, agak sulit mencari bengkel untuk servis motor tempel di daerah pesisir, dengan dibantu pengawasan dan pelayanan kompetensi dari BPPP Ambon,” terangnya.
Baca Juga : Kemenko Marves Bahas Penguatan Kontribusi Daerah pada Rapat Koordinasi Regional II

Lilly menambahkan, pancing tonda adalah alat tangkap ikan populer yang relatif mudah dioperasionalkan, biayanya murah, dan bisa menggunakan umpan buatan. Dengan demikian, alat ini memiliki pangsa pasar yang baik di e-commerce.

“Saya menemukan bahwa ada produk pancing tonda yang dijual secara online. Nah, barangkali setelah diajarkan untuk membuat pancing tonda di pelatihan ini, bisa diaplikasikan untuk menjadi peluang usaha penjualan alat tangkap juga bagi masyarakat, tentu keuntungannya akan lebih banyak,” ungkapnya.

Pancing tonda sendiri adalah alat tangkap yang telah umum dikenal oleh kalangan nelayan. Alat ini berbentuk pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal. Penarikan oleh kapal tersebut membuat umpan hidup atau buatan yang digunakan di mata pancingnya bergerak sehingga merangsang ikan untuk memakannya.

Menurut Kepala BPPP Ambon Abubakar, pada Pelatihan Perawatan dan Perbaikan Mesin Motor Tempel, peserta dibekali dengan berbagai materi seperti pengenalan umum motor tempel, komponen utama dan pendukung motor tempel, sistem pada motor tempel serta perawatan dan perbaikan pada motor tempel. Untuk Pelatihan Penangkapan Ikan dengan Pancing Tonda, diajarkan cara merakit dan mengoperasikan alat tangkap pancing tonda.

Kegiatan tersebut menuai banyak apresiasi dari masyarakat di berbagai daerah. Peserta pelatihan asal Kabupaten Buru, Ramis Lapandewa, mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan yang memberikan ilmu baru bagi masyarakat nelayan.

“Selama ini, saya belajar otodidak (tentang) cara perbaikan kapal, dan kemampuan saya masih sangat terbatas. Dengan adanya pelatihan, ketika mesin kami rusak kami sudah memiliki pengetahuan serta gambaran bagaimana cara mengatasinya, sehingga mengurangi biaya perbaikan ke bengkel,” ucapnya senang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Hasanah, penyuluh perikanan dari Desa Latuhalat, Ambon, yang mengaku bahwa kelompok binaan di daerahnya berterima kasih telah mendapatkan ilmu baru melalui pelatihan penangkapan ikan menggunakan pancing tonda. Ia bangga, bahwa pelatihan daring ini memberi kesan mendalam bagi masyarakat Latuhalat, yang terbiasa dengan pelatihan luring.

“Kelompok bilang ternyata selama ini ilmu yang mereka pakai dalam membuat pancing tonda masih banyak kekeliruan, untunglah diluruskan dengan pelatihan ini,” ujarnya.

(SH)

Exit mobile version