Solo – Sebuah benda mirip tugu tampak berdiri di halaman sisi selatan Masjid Agung Surakarta. Tugu tersebut adalah jam matahari atau jam istiwak yang dapat digunakan sebagai penunjuk waktu zuhur di Solo.
Pantauan detikcom, jam istiwak tersebut terdiri dari dua bagian, yakni sebuah busur cekung dan sebuah besi berwarna perak yang berdiri tegak.
Pada busur cekung, terdapat angka-angka. Di atasnya terdapat besi panjang dengan sebuah paku yang melintang di tengahnya.
Saat cuaca cerah, paku pada jam istiwak akan membuat bayangan yang jatuh pada angka tertentu. Angka itulah yang yang menunjukkan waktu zuhur.
“Kalau yang besi tegak itu juga sebagai penanda. Jika matahari tepat di atas kepala, maka bayangan besi itu tidak akan terlihat. Setelah lewat sedikit, maka tandanya masuk waktu zuhur,” ujar Sekretaris Takmir Masjid Agung Surakarta, Abdul Basid, Rabu (14/4/2021).
Jam istiwak atau jam matahari di halaman sisi selatan Masjid Agung Surakarta (Solo), Rabu (14/4/2021). (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
|
Bentuk jam yang relatif kecil membuat jemaah sering tidak menyangka bahwa tugu setinggi 150 cm dengan diameter 100 cm itu adalah jam matahari. Kini, takmir masjid memasang papan keterangan yang menjelaskan tentang jam matahari.
“Angka dengan aksara Jawa ini menunjukkan tahun 1784 Jawa atau 1855 Masehi. Artinya, ini dibangun pada masa Pakubuwono (PB) VIII,” kata Basid.
Namun jam istiwak itu saat ini sudah tidak difungsikan sebagai patokan waktu zuhur di Masjid Agung Surakarta. Takmir masjid menggunakan waktu salat sesuai dengan petunjuk Kementerian Agama.
(rih/sip)