Sleman –
Kubah lava di Gunung Merapi mulai terbentuk pada 4 Januari 2021. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap posisi kubah lava yang berada di lereng membuatnya tak stabil.
“Tentunya karena posisi (kubah lava) di lereng, ini menjadi tidak stabil,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam jumpa pers virtual melalui zoom meeting, Sabtu (9/1/2021).
Hanik menjelaskan kondisi kubah lava kali ini berbeda dengan kubah lava pada tahun sebelumnya. Sehingga ketika magma muncul ke permukaan langsung menjadi lava pijar.
“Karena begitu magma muncul, langsung menjadi lava pijar. Jadi ini berbeda dengan kubah lava 2018 atau kubah lava sebelumnya yang posisinya di tengah tapi tidak terlalu di lereng. Biasanya pada saat (kubah) lava awal muncul, ini belum terjadi guguran lava pijar,” urainya.
Hanik menjelaskan dengan lokasi kubah lava yang berada di lereng membuat fenomena guguran lava pijar akan terus terjadi.
“Selama masih ada pergerakan magma dari dalam menuju permukaan berarti nanti masih ada (guguran lava pijar) dan masih diindikasikan dengan adanya seismisitas yang masih tinggi berarti memang aktivitas guguran lava pijar akan terus terjadi,” paparnya.
Sementara itu, hingga saat ini BPPTKG belum bisa menghitung volume kubah lava baru. Sebab, kubah lava yang muncul selain berada di lereng, juga masih sangat kecil untuk dihitung.
“Kita belum bisa menghitung karena limitasinya untuk dihitung (masih kecil). Karena posisinya di lereng dan masih kecil, ketinggiannya pendek, kita belum bisa menyampaikan volume kubah lavanya,” pungkasnya.
(sip/sip)