Sidoarjo – Menyambut Ramadhan, warga Kecamatan Porong Sidoarjo memiliki tradisi ziarah atau nyekar ke makam leluhur. Tradisi itupun dilakukan oleh warga korban lumpur Sidoarjo yang tempat pemakaman umum (TPU)-nya terendam lumpur.
Biasanya ziarah kubur dilakukan secara bersama-sama, terutama oleh warga korban lumpur dari Kelurahan Siring Kecamatan Porong. Namun karena kondisi cuaca tidak dimungkinkan, kali ini ziarah kubur secara bersama-sama tidak dilakukan.
“Setiap menjelang bulan Ramadhan warga Kelurahan Siring memiliki tradisi ziarah kubur,” kata Bambang Dwi Setyono (48) warga Kelurahan Siring RT 9, Porong Sidoarjo usai ziarah kubur di atas tanggul, Senin (22/4/2021).
Nyekar di makam yang terendam lumpur Sidoarjo (Foto: Suparno)
|
Bambang menjelaskan karena TPU Kelurahan Siring sejak tahun 2007 terendam oleh semburan lumpur, maka ziarah kubur dilakukan di atas tanggul penahan lumpur. Bambang mengaku menyesal tidak bisa memindahkan makam leluhurnya saat lumpur menenggelamkannya.
“Masih ada leluhur saya yang makamnya terendam oleh lumpur. Karena itu tradisi tabur bunga ini terpaksa dilakukan di atas tanggul penahan lumpur,” tambah Bambang.
Hal yang sama disampaikan oleh Jamian (51) warga Siring RT 1 yang mengatakan karena makam leluhurnya terendam semburan lumpur maka dia mau tak mau harus nyekar di atas tanggul penahan lumpur.
“Ziarah kubur seperti ini rutin dilakukan karena makam yang berada di kelurahan mulai tahun 2007 terendam lumpur,” kata Jamian.
Jamian menambahkan sewaktu bulan Desember 2006, ia ingin memindahkan makam kedua mertuanya. Namun awal-awal tahun 2007 semburan lumpur makin membesar, sehingga niatan tersebut gagal.
“Kami merasa berdosa karena gagal memindahkan makam mertua saya,” tandas Jamian.
(iwd/iwd)